75 Tahun Hubungan Indonesia – Australia Dirayakan di Sydney Dengan Musik
Berita

75 Tahun Hubungan Indonesia – Australia Dirayakan di Sydney Dengan Musik

Bukan hanya seantero Indonesia yang merayakan bulan Agustus ini sebagai bulan Kemerdekaan. Sydney juga ternyata telah merayakannya, bukan hanya soal kemerdekaan, tapi juga memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Australia dan Indonesia.

Australia memang baru mengakui kemerdekaan Indonesia secara resmi pada 27 Desember 1949. Namun, jauh sebelum itu, Australia memang sudah menjadi salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Perayaan itu telah dilakukan di Jakarta Juli lalu, dipagelarkan oleh String Quartet dari Melbourne Symphony Orchestra (MSO) yang datang ke Jakarta dan bekerjasama dengan pianis & komponis Ananda Sukarlan dan soprano Mariska Setiawan pada tanggal 4 Juli dan diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia di Johann Sebastian Bach Recital Hall.

Tanggal 12 Agustus pukul 6 sore lalu acara diadakan di Sydney, diselenggarakan oleh Australian Institute of Music (AIM) dan diadakan di gedung mereka. Kali ini Ananda tidak tampil (dan bahkan tidak dapat datang ke Sydney karena jadwalnya) tetapi musiknya mewakili simbol persahabatan antara kedua negara, yang telah dibawakan oleh para dosen, alumni, dan mahasiswa AIM.

Konsul Jenderal RI, Vedi Kurnia Buana memberikan sambutan pembukaan, dan hadir bersama beberapa staf Konsulat RI di Sydney. Turut memberikan sambutan melalui video adalah para musikus Indonesia lulusan Sydney, diantaranya gitaris I Wayan Balawan dan musikus jazz Indra Lesmana.

Sejak pertama kali dibawakan di Jakarta oleh penyanyi sopran Mariska Setiawan dan kuartet gesek MSO, “Two Australian Songs” karya Ananda telah menarik banyak pemain instrumen gesek dan soprano, produser musik, dan lembaga yang berminat mementaskannya di berbagai negara.

Karya ini digubah berdasarkan puisi dua penyair terkemuka: “Woman to Child” karya Judith Wright (1915-2000) yang menceritakan tentang pesan seorang ibu yang sedang mengandung kepada anak di rahimnya, dan “On the Night Train” karya Henry Lawson (1867-1922).

Pemain biola Indonesia lulusan AIM, Aurell Marcella diwawancara Rupert Johnstone dari AIM. (Foto. Ist).

Untuk pertunjukan perdana di Australia 12 Agustus lalu ini, karya ini dibawakan oleh mezzo soprano Emma Norton, diiringi oleh kuartet gesek yang terdiri dari pemain biola Jennifer Palomera Hernandez dan Aurell Marcella Felicia (Indonesia), Julian Kwok (viola), dan Nazli Sendergut (cello). Aurell Marcella dan pianis Novita Jap, alumni AIM Indonesia lainnya yang kini tinggal dan bekerja di Sydney (dan juga finalis Ananda Sukarlan Award saat remaja sebelum kuliah di Sydney) juga membawakan karya virtuoso Sukarlan lainnya: Fantasy on Tapanuli Folksongs, untuk biola dan piano.

Terdengar melodi beberapa lagu Tapanuli yang dikembangkan dengan apik, seperti “Piso Surit” dan “Butet”.

Ananda Sukarlan dan musiknya memang sudah dikenal para pecinta musik klasik Australia. Para komponis terkemuka Australia seperti Peter Sculthorpe, Barry Conyngham, Elena Kats-Chernin, Betty Beath, dan lainnya telah menulis dan mempersembahkan karya-karya piano untuknya, yang telah ia bawakan di seluruh dunia.

Karya-karya ini telah masuk dalam repertoar pianis di seluruh dunia juga. Tidak heran jika Sydney Morning Herald memujinya sebagai “salah satu pianis terkemuka dunia (…) yang terdepan dalam memperjuangkan musik piano baru”

Karya orkestranya yang berjudul “The Voyage to Marege” untuk dua musisi pribumi Australia dan orkes yang ditulis pada tahun 2017, merupakan hasil penelitiannya tentang kedatangan pertama pelaut Bugis dan Makassar di pantai utara Australia pada awal abad ke-19.

Karya tersebut didasarkan pada buku dengan judul yang sama yang ditulis oleh Campbell Macknight. Ananda bahkan menetap bersama penduduk asli di Nhulunbuy (Wilayah Utara) dan mempelajari budaya serta musik mereka bersama mereka.

“Two Australian Songs” merupakan karya terbarunya yang terinspirasi oleh Australia dan budayanya. Ini merupakan eksplorasi pertamanya di dunia sastra Australia dan ia berniat untuk terus mendalami penyair Australia dan karya-karya mereka.

Aurell Marcella lulus tahun ini dari Master of Music untuk biola di The Australian Institute of Music (AIM) di Sydney. Pada tahun 2022 Aurell diterima melalui audisi oleh Ananda Sukarlan yang merupakan direktur artistik Orkestra G20 untuk debutnya di Konferensi G20 di Candi Borobudur.

Orkestra tersebut tampil di Konser Gala Pertemuan Menteri Kebudayaan negara-negara G20.

Di Australia saat ini ia bermain dengan Sydney Youth Orchestra, Sydney Concert Orchestra, dan Balmain Sinfonia.

Ia telah memenangkan banyak kompetisi di Indonesia. Ia mulai bermain biola sejak usia 7 tahun di kota kelahirannya, Surabaya di bawah bimbingan Welly Liando, kemudian kakak beradik Shienny dan Finna Kurniawati dan di AIM, Sydney bersama Matt Bruce.

Ia telah bermain piano sejak usia 10 tahun, dan ia telah belajar biola sejak 2017. Ia bergabung dengan konser pertamanya ketika ia berusia 10 tahun, di Konser Messiah Handel pada tahun 2010.

Ia juga merupakan pemain biola dan viola di Orkestra Gesek Surabaya di Indonesia. Ia juga pernah berkolaborasi dengan Sam Haywood (Inggris), Prof. Nigel Clayton (RCM), Dr. Imma Setiadi (RCM), dan Gia Jashvili (Georgia).

Pada tahun 2019, Aurell Marcella berpartisipasi dalam Singapore Violin Festival dengan belajar di bawah bimbingan Prof. Boris Garlitsky (Rusia), Prof. Moni Simeonov (Bulgaria), dan Prof. Xie Nan (Tiongkok).

Ia juga pernah mengikuti kelas master privat dengan Prof. Yin Ke (Singapura), Prof. Boris Garlitsky (Rusia), Prof. Xie Nan (Tiongkok), dan Gia Jashvili (Georgia).