INFONAWACITA.COM, JAKARTA – Ada yang spesial dari jamuan makan siang di Istana Negara saat Hari Kemerdekaan lalu. Dua anak berbakat Indonesia yang lahir dan besar di Belanda balik ke tanah air, dan didaulat untuk pentas di jamuan makan siang di Istana Negara tanggal 17 Agustus lalu. Reo (13 tahun) dan Raelene (8 tahun) adalah dua pemain piano dan biola cilik yang telah memenangkan kompetisi musik bergengsi di Belanda. Mereka adalah anak dari pasangan berkewarganegaraan Indonesia yang berangkat ke Belanda belasan tahun lalu untuk menempuh pendidikan S2 tapi kemudian menetap di negeri kincir angin itu. Sang ayah saat ini bekerja sebagai peneliti di bidang air (water management) di Technische Universiteit Delft.
Reo Pramana meraih juara kedua dan Public Prize untuk komposisi musik dari kompetisi ternama Prinses Christina Concours 2022 dan Ontwikellingsprijs untuk piano klasik dari kompetisi yang sama di tahun 2022. Sedangkan adiknya Raelene Pramana memenangkan kompetisi De Muziekwedstrijd tahun 2022. Mereka berdua adalah siswa Young Talent di Koninklijk Conservatorium (yang juga almamater dari Ananda Sukarlan yang lulus S2 tahun 1995 dengan Summa Cum Laude). Reo belajar biola dengan Kerstin Hoelen serta piano dengan Claudette Verhulst. Raelene belajar biola dengan Elise ten Westenend dan piano dengan Jean-Baptiste Milon.
Untuk mempersiapkan penampilan mereka di Istana Negara, Reo dan Raelene telah mengambil beberapa kali masterclass dengan Ananda Sukarlan dan sering bertukar pikiran melalui Whatsapp dan email sebulan terakhir ini. Di Istana Negara mereka memainkan 2 karya untuk dua biola “Obstinate” dan “Passacaglia on Soleram”, Reo memainkan solo piano Rapsodia Nusantara no. 6 semua itu karya Ananda Sukarlan. Mereka menutup penampilan mereka yang prima dengan duet Reo di piano dan Raelene di biola, memainkan “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki dan “Tanah Airku” karya Ibu Soed dengan aransemen ulang oleh Reo.
Memanfaatkan kedatangan mereka di tanah air, Ananda Sukarlan mengundang mereka untuk konser dengan Yayasan Musik Sastra Indonesia. Dua hari setelah pagelaran mereka di Istana Negara, Sabtu 19 Agustus lalu mereka bermain di Griya Arifin Panigoro di Jalan Jenggala bersama Ananda Sukarlan. Di konser yang dihadiri oleh sekitar 100 tamu ini Ananda juga “membocorkan” karyanya yang terakhir yang ia mainkan untuk menutup konser Reo dan Raelene, yaitu Rapsodia Nusantara no. 39 yang memang khusus ditulis untuk dimainkan dengan tangan kiri saja, untuk para pianis dengan disabilitas. Konser ini juga dihadiri oleh Pia Alisjahbana yang baru saja berulangtahun ke-90.
Yayasan Musik Sastra Indonesia didirikan tahun 2009 oleh Ananda Sukarlan dengan Pia Alisjahbana, Dedi Panigoro dan Chendra Panatan. Salah satu programnya adalah memberi pendidikan musik gratis kepada anak-anak SD yang kurang mampu, dan meminjamkan instrumen musik untuk mereka berlatih di rumah.
Bulan Juni lalu Ananda Sukarlan dianugerahi Honorary Membership dari Rotary Club. Saat ini ia sedang mengerjakan opera tentang pahlawan penyelamat korban perdagangan manusia di awal abad ke-20, Auw Tjoei Lan, bersama Chendra Panatan sebagai sutradara dan Emi Suy sebagai penulis libretto. Pertunjukan perdana opera ini direncanakan di pertengahan tahun 2024.
Baca artikel menarik lainnya dari INFONAWACITA.COM di GOOGLE NEWS
Berita terbaru INFONAWACITA.COM : klik di sini.